Minggu, 18 November 2012

Jum’at, 16 November 2012
    Saya, Iva, Mbak Ika, mbak Istaufa dan Siti berencana pergi ke Surabaya untuk berziarah ke makam sunan Ampel , salah satu 9 wali yang paling terkenal di Pulau Jawa dan biasa di panggil Raden Rahmatullah. Sebelum pergi saya berusaha untuk membeli tiket kereta api toh hari ini hari kedua liburan, kemungkinan tidak seramai hari libur pertama muharram pada hari kamis kemarin, tapi prasangkaku salah, tiket  kereta api tujuan surabaya untuk pagi sampai sore sudah habis terjual. Perasaan ku menyesal kenapa saya terlambat bangun pagi, padahal rencanaku beli pukul 5 petang. Tapi tak apa, setelah berpikir meskipun berangkat harus naik bis, tapi kemungkinan pulang bisa naik kereta, dan benar masih ada tiket untuk tujuan malang tapi pukul 18.45 WIB, aku sempat berpikir mau ngapain setelah ziarah nanti, tempat wisata Surabaya lain, tak ada yang dekat dengan makam, tapi ini lebih menghemat pengeluaran. Setelah mereka berempat menyusul saya di terminal Malang Arjosari, kita bersama sama naik bus, dan sampai di teminal Bungur Asih jam setengah 10. Lalu kami naik bis kota. Selama naik bis kota kami melewati IAIN Sunan Ampel, yang sangat berebeda dengan UIN Malang. Saya beruntung bisa belajar di Kota Malang karena keadaannya sangat kondusif dan sejuk yang secara nyata memang sangat berbeda dengan ikon kota Surabaya yang begitu panas. Kami turun di halte kecil depan RSI Surabaya dan naik angkot ke makam yang kira-kira setengah jam perjalanan. Sewaktu perjalanan kami mengakui cukup lelah dan gerah, dan semoga dengan niat baik kami, kami mendapat berkahnya kapanpun. Selama perjalanan, kami disuguhi pemandangan keadaan kota surabaya yang sangat panas dan sibuk. Jujur ini pengalaman pertama saya berziarah ke sunan Ampel, dan saya pun sempat linglung mau ngapain lagi nanti setelah ziarah. Setelah itu kami berwudlu di tempat wudlu yang telah disediakan. Aku sangat terkesan dengan penataan makam sunan-sunan yang sangat rapi, menarik dan juga bersih. Ada tempat wudlu yang luas dan lebih dari 10 kamar mandi yang kecil untuk wanita dan laki-laki, lalu masjid laki-laki yang megah dan tradisional dengan ukiran kayu-kayu di tiang-tiang dalam masjid dan atap-atap yang tinggi pula. Kami melewati 2 pintu masuk yang besar tanpa pintu, pintu masuk khas zaman dulu. Pintu masuk yang kedua dipisahkan antara tempat ziarah laki-laki dan perempuan. Ketika kita membaca tahlil dan Yaasin, dengan duduk di bawah pohon yang sangat rindang disekitar makam-makam yang lain, hati saya terasa sejuk, dan subhanallah ditengah-tengak kota Surabaya yang panas, makam sunan Ampel terasa masih sejuk karena banyak alunan do’a-do’a mengiringi tempat itu. Sungguh maha besar Allah. Setelah berdo’a kami mengambil air minum, yang di sediakan dalam 4 gentong yang berjejer, terasa segar. Lalu kami menunggu adzan dzuhur dan sekaligus sholat jum’at berjama’ah bersama para jama’ah laki-laki yang akan bersiap-siap, kebetulan karena saya dan Iva sedang Udzur kami tidak diizinkan untuk istirahat di dalam masjid sederhana yang tidak semegah masjid laki-laki di belakang pas masjid khusus laki-laki, karena akan ada banyak jama’ah perempuan dan pengunjung yang ingin sholat berjama’ah yang berdatangan. Saya dan Iva berjalan-jalan ke pasar-pasar kecil  oleh-oleh, baju dan souvenir di jalan masuk ke masjid dan makam, disana saya sering berpapasan dengan beberapa orang yang berwajah kearab-araban dan ada juga 2 pemuda arab yang asli berwajah arab, putih, bersih dan berhidung mancung dan ehm cakep juga hehehe . Ada kecelakaan kecil yang dialami Iva, kasian, tapi saya berusaha menenangkannya dan made it easy. Setelah sholat Jum’at, kami pergi mengunjungi pasar di dalam makam, yang banyk penjualnya yang berwajah Arab, saya tidak kaget, coz di sekitar Ampel juga di kenal sebgai kampung Arab. Kami sepertinya tidak menemukan, sesuatu yang menarik di pasar makam Sunan Ampel, karena tidak tahu kenapa kami sedikit ttidak punya mood untuk belanja atau memang kami “ Kanker” alias kantong kering. Setelah itu kami pergi makan siang di warung tepi jalan di depan pintu masuk sekaligus keluar. Saya ngga’ beli apa-apa untuk makan siang, saya lebih suka ngemil pentol atau semcamnya, karena sudah membuat perutku cukup kenyang.  Siti, mbak Ika dan lainnya memesan bakso dan soto. Saya hanya makan buah dari penjual yang berasal dari Malang juga, dan Insya Allah manisnya buah asli dan bukan pemanis buatan, karena ada beberapa lebah yang hinggap di buahnya, saya diberitahu teman dan baca-baca artikel kalau ada penjual Kaki lima yang menjual buah dengan rasa manis asli dari buahnya maka lebah akan berdatangan. Tapi kalau pemanis buatan pasti tak akan ada lebah yang datang, hal ini di karenakan makhluk yang dinamakan lebah mampu mengenali bau atau aroma asli dari buah.
Selengkapnya...

Template by:
Free Blog Templates